Headlines News :
Home » , , , , » Kronologi Lengkap Pembunuhan Bocah dalam Kardus

Kronologi Lengkap Pembunuhan Bocah dalam Kardus

Written By Unknown on Monday, October 12, 2015 | 8:33 PM



 
Cara Polisi Korek Pengakuan Pembunuh Bocah di Kardus


Polda Metro Jaya sempat kesulitan dalam mengungkap tersangka kasus pencabulan dan pembunuhan PNF (9). Sebab, keterangan tersangka A sering berubah-ubah, saat diinterogasi. Ia juga kerap berpura-pura tertidur.

Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi, Khrisna Murti menjelaskan saat melakukan penyelidikan, khususnya melakukan interogasi terhadap Agus, penyidik menggunakan hipnosis forensik.

Saat dilakukan itu, Agus kerap sekali berpura-pura tertidur untuk menghindari semua pertanyaan tim penyidik.

"Saat diinterogasi, tersangka ini selalu mengelak dan tidak mengakuinya. Lalu, kami lakukan teknik wawancara Hipnoforensik. Saat dilakukan itu, dia malah berpura-pura tidur. Ini salah satu kesulitan kita juga. Dalam interogasi, kami tidak melakukan kekerasan," kata Krishna dikutip Dream dari laman humaspoldametrojaya.blogspot.co.id, Senin 12 Oktober 2015.

Namun, penyidik tidak kehilangan akal untuk membuktikan Agus sebagai tersangka. Mereka mulai melakukan penelusuran untuk menemukan alat bukti.

Hingga akhirnya, Agus terbukti menjadi pemakai narkoba. Lantas terbukti menjadi pelaku pencabulan terhadap T.

"Lalu kami temukan lagi bukti DNA tersangka berada di kaos kaki korban, darah korban ada di bedeng tersangka. Dan barang-barang korban lainnya, baik yang masih utuh maupun yang sudah di bakar," ujar Khrisna.

Setelah dihadapkan dengan lima alat bukti yang dimiliki penyidik, Agus akhirnya mengakui perbuatannya dan menjelaskan kronologis menghabisi nyawa korban.

"Tersangka ini menjelaskan kronologisnya secara mendetail. Dan keterangannya ini singkron dengan keterangan saksi-saksi dan alat bukti".


Detik-detik Pembunuhan

Aparat kepolisian akhirnya berhasil menangkap tersangka pelaku pembunuhan bocah PNF. Korban ditemukan dalam kardus di pinggir jalan Tol Sedyatmo, Jalan Sahabat, Kelurahan Kamal, Kalideres, Jakarta Barat 2 Oktober 2015.

Di usianya yang masih belia, 9 tahun, bocah malang itu harus merenggang nyawa. PNF masih duduk di bangku kelas dua sekolah dasar. Korban diketahui sering bermain ke rumah pelaku berinisial AD.

"Pelaku dikenal baik kepada anak-anak, terutama kepada anak perempuan," kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Krisna Murti di Mapolda Metro Jaya.

Saat peristiwa pembunuhan itu terjadi korban sedang bermain ke rumah tersangka di kawasan Rawa Lele, Kalideres, Jakarta Barat. Rumah pelaku dan koban berdekatan.

Hari itu, korban diketahui tidak pulang ke rumah usai pulang sekolah. Ternyata, PNF berada di rumah AD. Sampai di kediaman tersangka kemudian bocah tersebut disuruh masuk ke kamar dan duduk di kasur tanpa sprei.

Pelaku yang berprofesi sebagai pemilik warung tersebut kemudian meyetubuhi korban.

Tidak ada alasan jelas yang membuat pelaku membekap korban lalu menjerat dengan kabel tembaga bekas charger ponsel hingga tewas. Akibat panik kemudian pelaku membungkus korban dengan kardus dan dibuang.

"Berdasar pengakuan pelaku, saat itu dia membuang jenazah korban setelah maghrib, tetapi sebelum isya," terang Krisna.

Tepat pukul 22.00 warga menemukan jenazah korban di pinggir jalan tol, kemudian dilaporkan kepada polisi. Setelah itu polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) lalu melakukan identifikasi.

"Terdapat kesamaan hasil autopsi dan pengangkuan tersangka," ucapnya.


Mengajarkan Pakai Narkoba

Saksi berpotensi sebagai pelaku pembunuhan dan kekerasan seksual terhadap bocah dalam kardus PNF (9), berinisial A, ternyata kerap mengajarkan anak-anak kecil yang ia kumpulkan untuk memakai narkoba, termasuk menghisap ganja.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Krishna Murti, mengungkapkan anak buahnya di lapangan telah menelusuri terkait latar belakang A.

Dari situ ditemukan fakta, A kerap mengumpulkan anak lelaki dan perempuan di bedeng tempatnya tinggal di Kelurahan Kalideres, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.

"Ke-12 anak itu sering memakai narkoba yang pembeliannya dikoordinir oleh A. Namun pembeliannya dipakai uang milik ke-12 anak tersebut," kata Krishna, Jumat dini hari, 9 Oktober 2015.

Dari sekian banyak anak yang dia kumpulkan, ada 12 anak yang sudah membentuk geng bernama 'Boeltacoz'. Geng itu dibentuk lantaran kesamaan semua anak-anak itu tunduk setengah mati terhadap Agus.

Saat ini polisi sudah menetapkan A sebagai tersangka kasus pencabulan terhadap bocah lainnya yang juga tetangga PNF, yakni T (15). T mengaku pernah dicabuli A pada Juni 2015 lalu.

Ada 12 saksi yang mengaku tahu peristiwa pencabulan terhadap T. Dan A telah mengakui perbuatan cabulnya tersebut. Polisi kemudian menetapkan A sebagai tersangka dan menahannya di Polda Metro Jaya mulai hari ini.

Sementara itu, untuk pembunuhan terhadap PNF, polisi masih butuh beberapa bukti dan penguatan tes DNA lagi untuk menunjuk A sebagai tersangka.

Sampai saat ini A sudah diketahui memiliki DNA cocok dengan DNA yang ditemukan di kaus kaki milik PNF yang ditemukan di lokasi mayat PNF dibuang. Namun, untuk memastikannya 100 persen, Polisi kini sedang mencari second opinion dan third opinion terkait kecocokan DNA tersebut.

Polisi tengah melakukan pengetesan DNA untuk memastikan di DVI Mabes Polri dan sebuah rumah sakit swasta di Singapura.


Tinggal Bersama 16 Orang

PNF, bocah perempuan berusian 9 tahun yang tewas diperkosa dan dibunuh serta dibuang ke dalam kardus, ternyata tinggal bersama 16 orang keluarganya di rumahnya yang sempit di dalam gang kawasan Kalideres, Jakarta Barat.

AD, paman korban menceritakan, di rumah itu total ada 16 orang yang tinggal bersama termasuk dirinya. Bahkan, begitu penuhnya, setiap malam, salah seorang paman PNF lainnya, harus tidur di Pos Kamling di belakang rumah tersebut.

Rumah itu hanya memiliki 2 kamar kecil, 1 kamar mandi, dan sebuah ruang tamu yang setiap malam berubah jadi ruang tidur. Lalu pagi hari kembali berubah jadi ruang tamu.

Kata AD yang merupakan adik dari ibunda PNF, mereka total ada 9 bersaudara. Tapi 3 di antaranya, termasuk AD masih tinggal di rumah peninggalan ayah dan ibunya itu.

Selain AD, kakaknya MC, lalu Ibunda PNF, yakni IF. Kemudian kakak AD lainnya, R dan suaminya, R. Kemudian kakak lainnya, NA serta Ibu mereka.

Kemudian sisa lainnya adalah 10 anak kecil yang merupakan anak IF, R dan NA. Jadi total ada 16 orang yang tinggal di rumah itu.

"Anak IF ada 3, lalu anak R ada 4, kemudian anak Aisyah ada 3. Kalau saya dan MC belum menikah," kata Ade.

Setiap malam, kata AD, sang kakak R tidur di kamar bersama anak dan suaminya. Kemudian NA juga tidur di kamar bersama istri dan suaminya.

Sedangkan PNF, AD, lalu Ibu PNF dan 2 kakak PNF serta nenek PNF atau Ibu AD, tidur bersama di ruang tamu yang diubah jadi ruang tidur.

Kemudian MC, paman PNF lainnya, harus menyingkir setiap malam keluar rumah dan tidur di Pos Kamling belakang rumahnya.

"Begitulah setiap hari di rumah ini," kata Ade. Saat bangun pagi, maka anak-anak yang sekolah duluan yang didahulukan mandi.

Minta Pelaku Dihukum Mati

Orangtua PNF, bocah korban pembunuhan yang mayatnya ditemukan dalam kardus sangat terpukul dengan kejadian nahas yang menimpa anaknya.

Ayah korban, AS tak menyangka akan jadi seperti ini, meskipun tak begitu akrab dengan putrinya karena ia juga harus bekerja dan jarang di rumah.

AS diketahui bekerja sebagai sopir mobil rental, sering keluar kota. Ia biasanya seminggu hanya 5 kali bertemu anaknya. AS dan istri sudah tiga tahun cerai.

Meski jarang bertemu, AS mengaku mengenal dekat putrinya. PNF dikenal sebagai sosok anak yang rajin, mandiri dan periang.

Kata dia, sang anak jika main tidak pernah terlalu jauh. Paling jauh ke kediaman keluarga dan tetangga, masih di sekitar lingkungan rumah.

AS berharap, pembunuh putrinya dihukum berat. Jika boleh, ia bahkan ingin balas dendam, membunuh pelakunya.

Namun, AS tetap menyerahkan segala proses hukum ke polisi. "Karena ini negara hukum, saya serahkan kepada penyidiknya," kata dia. Sedangkan ibu korban, masih syok berat dengan kepergian PNF.


Ibu Korban Syok

Seorang anak usia 9 tahun, PNF, ditemukan tewas di kawasan Kalideres, Jakarta Barat. Dia ditemukan terbungkus kardus dengan posisi tubuh tertekuk.

Sang ibu, IF, 33 tahun, merasakan trauma yang mendalam atas kematian anaknya. Sebab, fakta itu datang begitu mengejutkan, mengingat selama ini keluarga mereka merasa tidak punya musuh.

"Ibu korban masih syok," ujar Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Mukti, Senin, 5 Oktober 2015.

Krishna mengatakan ibu korban baru melaporkan sehari setelah kejadian. Ini lantaran P tidak pulang sejak Jumat, 2 Oktober 2015 lalu.

"Biasanya jam 11 sudah pulang, tapi ini ditunggu tidak pulang-pulang.

Beberapa saat setelah laporan, PNF ditemukan tewas di dalam kardus. Jasad P ditemukan terikat lakban dan badannya tertekuk dengan mulut tersumpal kaos dalam putih di Jalan Sahabar, Kamal, Kalideres, Jakarta Barat.


Agen Poker Online - www.luwakpoker.com
 photo pokersss_zpsvuxlqnry.gif
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

CONTACT LUWAK POKER




 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Harian Berita LUWAKPOKER - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger