KEPANJEN - Sofiyah (40) tidak dapat menyembunyikan amarahnya, saat diperiksa Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Malang, Selasa (23/11/2015).
Ibu tiga anak ini baru saja menghajar Awarah, yang mengaku selingkuhan suaminya, Mulyadi.
Suara Sofiyah bergetar menahan emosi, saat menceritakan masalah yang menimpanya. Warga Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi ini mengaku dua bulan lalu pulang dari Qatar, setelah bekerja selama dua tahun.
Niatnya kembali ke tengah keluarga terganggu oleh kehadiran Awarah, janda desa asal Kecamatan Gondanglegi.
Kepada Sofiyah, Awarah sering menyakiti hatinya. Awarah mengaku sudah lama diselingkuhi suami Sofiyah.
“Setiap ketemu selalu memanasi saya. Katanya dia selingkuhan suami saya, selama saya bekerja di Qatar,” ungkap Sofiyah.
Sofiyah berusaha bersikap tenang dan tidak terpancing dengan ulah Awarah. Namun amarah Sofiyah akhirnya meledak juga. Bermula dari niatnya mengambil telepon genggam suaminya yang dibawa Awarah.
“Saya mau ambil itu hanya nomor (kartu telepon) yang di dalam HP itu. Karena itu nomor saya dan akan saya pakai,” ujar Sofiyah.
Minggu (22/11/2015) Sofiyah mendatangi rumah Awarah. Niatnya mengambil kartu telepon genggam tersebut dihalang-halangi Awarah. Awarah beralasan, Mulyadi tidak memberi pesan untuk menyerahkan kartu telepon genggam tersebut.
Keduanya kemudian terlibat perang mulut. Ujung-ujungnya dua wanita yang mencintai lelaki yang sama ini saling klaim sebagai yang berhak mendapatkan Mulyadi.
Sofiyah menantang Awarah untuk menunjukan surat nikah, jika merasa sebagai istri Mulyadi.
“Saya bilang, saya punya buku nikah. Saya tantang dia menunjukkan buku nikah,” tutur Sofiyah.
Bukannya menunjukan buku nikah, Awarah malah menunjukkan sejumput rambut yang dibungkus plastik. Ia mengatakan, rambut tersebut milik Mulyadi. Rambut tersebut sebagai bukti, bahwa Mulyadi pernah tidur dengannya.
Mendapat jawaban dari Awarah, Sofiyah naik pitam. Secara spontan, ia mengambil bilah bambu sepanjang 40 sentimeter. Bambu tersebut kemudian dipukulkan ke arah kepala Awarah.
“Saya lupa berapa kali saya pukul dia. Mungkin tiga atau empat kali,” katanya.
Usai membuat babak belur Awarah, Sofiyah pulang. Awarah kemudian melaporkan penganiayaan tersebut ke Polsek setempat. Karena melibatkan perempuan, perkara ini dilimpahkan ke UPPA Polres Malang.
Selama ini Sofiyaah menjadi tulang punggung keluarga. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, Sofiyah merantau ke Timur Tengah. Tercatat enam tahun, ia bekerja di Arab Saudi, dua tahun di Abu Dhabi dan dua tahun di Qatar.
Atas jerih payahnya, setiap anaknya dibelikan motor. Rumah yang ditempati bersama suami juga lebih layak. Dua anaknya sudah mandiri dan berumah tangga, sedangkan anak bungsu masih sekolah.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !